Mari Bergadengan Tangan Membangun Budaya Positif di sekolah Mu!

Oleh : Elisabet Bhala Roga,S.Pd


    "Apa itu Budaya Positif di sekolah ?"Pertanyaan ini menjadi dasar untuk memahami betapa pentingnya budaya positif di lingkungan  sekolah.Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal sekolah.Hal ini dapat dirasakan melalui suasana yang tercipta dalam setiap pola komunikasi, sikap,serta respon yang positif dari semua anggota komunitas dalam setiap aktivitas sekolahnya .Lingkungan sekolah yang memiliki budaya positif sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik dengan maksimal. Suatu lingkungan yang memiliki budaya positif   biasanya tercipta dari disiplin yang  positif  juga.Disiplin positif  ini terjadi jika ada kesadaran dari dalam diri sendiri.Biasanya hal ini terjadi ketika seseorang memiliki motivasi dan tujuan untuk menghargai dirinya sendiri dalam melakukan sesuatu.Disiplin positif tentu bertolak belakang dengan hukuman dan penghargaan yang bersifat memaksa seseorang .

Disiminasi Budaya Positif kepada rekan-rekan di SMPK ST URSULA -Ende

    Namun di balik itu  "Bagaimana peran seorang pendidik dalam menciptakan budaya positif?". Sebagai pendidik harus memahami bahwa budaya positif diawali dengan mengubah paradigma pendidik tentang  stimulus - kontrol  kepada pendekatan teori kontrol  yang dikembangkan oleh Stiven R.Covey.Perbedaan kedua paradigma ini terlihat jelas dalam tabel di bawah ini :
 

  Stimulus Respon

Teori Kontrol

Realitas (kebutuhan) kita sama. 

Realitas (kebutuhan) kita berbeda.

Semua orang melihat hal yang sama. 

Setiap orang memiliki gambaran  berbeda.

Kita mencoba mengubah orang agar  berpandangan sama dengan kita.

Kita berusaha memahami pandangan  orang lain tentang dunia.

Perilaku buruk dilihat sebagai suatu  kesalahan

Semua perilaku memiliki tujuan.

Orang lain bisa mengontrol saya. 

Hanya Anda yang bisa mengontrol diri  Anda.

Saya bisa mengontrol orang lain. 

Anda tidak bisa mengontrol orang lain.

Pemaksaan ada pada saat bujukan  gagal.

Kolaborasi dan konsensus  

menciptakan pilihan-pilihan baru.

Model Berpikir Menang/Kalah 

Model Berpikir Menang-menang

                                Tabel perbedaan peradigma stimulus-kontrol dan teori kontrol
                    
             
        Berdasarkan teori kontrol, semua perilaku manusia pasti memiliki tujuan. Begitupula dengan perilaku peserta didik. Bahkan sebuah kesalahan yang dilakukan peserta didikpasti memiliki alasan. Alasan tersebut biasa disebut dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu: 
  1.  Kebutuhan bertahan hidup (Survival) yaitu kebutuhan berkaitan dengan fisik seperti makan, tidur, tempat tinggal dll.
  2.  Kebutuhan Cinta dan kasih sayang (Penerimaan).
  3.  Kebutuhan Penguasaan (pengakuan akan kemampuan),
  4.  Kebutuhan Kebebasan (Kebutuhan akan pilihan), dan
  5.  Kebutuhan akan Kesenangan.
Apabila setiap pendidik dapat memahami pemenuhan kebutuhan ini tentu langkah menuju disiplin positif semakin dekat.Maka peran pendidik dengan posisi kontrol yang tepat dapat membantu pendidik dalam menghadapi setiap perilaku peserta didik.Terdapat 5 posisi kontrol pendidik diantaranya :
  1. Posisi kontrol Penghukum,
  2. Posisi kontrol Pemberi rasa bersalah,
  3. Posisi kontrol teman,
  4. Posisi kontrol Pemantau,
  5. Posisi kontrol Manager.
Dari ke 5 posisi kontrol ini,posisi kontrol manager lah yang paling disarankan dalam membangun disiplin positif.Hal ini disebabkan dengan posisi ini pendidik dapat memberi ruang untuk peserta didik berefleksi dan membuat pilihan serta solusi untuk setiap masalahnya sendiri.Posisi kontrol manager membuka ruang kolaborasi antar pendidik dan peserta didik, sehingga dapat membangkitkan kesadaran diri yang menjadi pijak dasar dari  disiplin positif.






    Selain itu,pendidik dapat menggunakan segitiga restitusi sebagai acuan untuk bisa menuntun dan mengarahkan peserta didik,dalam berefleksi dan menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya.Segitiga restitusi ini, dapat diterapkan dalam menghadapi setiap perilaku peserta didik yang bertentangan dengan nilai yang diyakininya. Dalam penerapan segitiga restitusi Pendidik  dapat mengawali dengan Menstabilkan Identitas  peserta didik dari identitas gagal,setelah melakukan kesalahan ke identitas yang sukses.Peserta didik yang telah diteguhkan akan lebih terbuka pada setiap alasan dibalik perilakunya.Hal ini memudahkan pendidik melakukan Validasi Tindakan yang Salah.Dengan melakukan validasi tindakan yang salah pendidik dapat lebih mudah mengidentifikasi kebutuhan peserta didik dibalik tindakannya.Agar dapat menumbuhkan kesadaran instrisik peserta didik,maka pendidik dapat Menanyakan Keyakinan Peserta didik.Hal ini dapat mengarahkan peserta didik untuk berefleksi secara mandiri dan menemukan solusi dari masalahnya.

                    kegiatan disiminasi Budaya Positif terhadap rekan -rekan sejawat SMPK ST.URSULA Ende

Budaya positif dapat terbentuk dari kolaborasi setiap anggota komunitas sekolah yang terdiri dari peserta didik,orang tua,pendidik,kepala sekolah dan stakeholder di dalamnya.. Oleh karena itu,SMPK St.Ursula sebagai lembaga pendidikan dan seluruh komunitas pun menyadari pentingnya kolaborasi ini,sehingga  dilakukan desiminasi Budaya Positif oleh calon guru penggerak sebagai langkah untuk membangun pemahaman yang sama dalam lingkup komunitas.Disiminasi Budaya positif ini, disambut baik oleh seluruh anggota komunitas yang terlihat dari antusias rekan-rekan pendidik dalam diseminasi ini. 
        Di sisi lain sering juga dijumpai peserta didik yang tidak memahami makna dan nilai di balik setiap peraturan sekolah.Peserta didik merasakan terikat dan terpaksa sehingga peraturan sekolah menjadi beban tersendiri bagi peserta didik yang menjalaninya.Lantas "Apakah peraturan sekolah tidak dibutuhkan lagi,mengingat kurangnya keefektifannya dalam penerapan ?"Hal ini tentu bukan tentang peraturan sekolah yang kurang efektif,namun belum adanya keyakinan peserta didik tentang nilai dibalik setiap peraturan sekolah.Oleh karena itu,pendidik harus mulai membentuk keyakinan peserta didik dari kelompok kecil yaitu kelas.Sebagai ilustrasi terkait keyakinan, "Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat?"Kemungkinan jawaban kita tentulah untuk kesehatan. Nilai kesehatan inilah yang disebut sebagai suatu "keyakinan" yaitu nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat.Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya,dari pada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.Peserta didik pun demikian,mereka perlu mendengarkan dan memahami arti sesungguhnya tentang peraturan-peraturan yang diberikan,apa nilai kebajikan di balik peraturan tersebut, dan apa tujuan utamanya.
                                            Kegiatan pembentukan keyakinan kelas VII E SMPK St.Ursula Ende
  
  Oleh karena itu,dalam aksi nyata calon guru penggerak angkatan 6 kabupaten Ende,sekaligus sebagai langkah awal untuk menggerakkan komunitas dalam membentuk keyakinan peserta didik  di dalam lingkup sekolah,dilakukan kegitan pembentukan keyakinan kelas oleh wali kelas VIIE SMPK St.Ursula -Ende.Kegiatan ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
  • Mempersilakan warga kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di kelas dalam kelompok kecil.
  • Mencatat semua masukan-masukan di papan tulis  di mana semua anggota kelas bisa melihat hasil curah pendapat.
  • Menyusun keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas’ dengan menggantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif. 
  • Contoh:
                    Kalimat negatif: Jangan berlari di kelas atau koridor.
                    Kalimat positif: Berjalanlah di kelas atau koridor.
  • Meninjau bersama keyakinan yang dibuat dengan menyatukan beberapa peraturan menjadi satu keyakinan yang sama .
  • Setelah keyakinan kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan  menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk guru dan semua peserta didik. 
  • Selanjutnya dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas

Keyakinan kelas VIIE SMPK St.Ursula Ende


Dari hasil diskusi bersama terbentuklah 6 keyakinan kelas VIIE yang tersirat nilai Tanggung jawab,Peduli,Kejujuran dan Daya Djuang.yaitu :
  1. Kami anggota VIIE berhak belajar dengan  aman.
  2. Kami anggota VIIE datang tepat waktu disemua kegiatan
  3. Kami anggota VIIE menghormati dan menghargai perbedaan.
  4. Kami anggota VIIE menjaga lingkungan agar tetap ASRI
  5. Kami anggota VIIE jujur dalam segala hal.
  6. Kami anggota VIIE bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Selain itu kayakinan kelas yang telah dibentuk harus terus dilakukan pendalaman secara berkala,agar peserta didik dapat lebih memahaminya lebih jauh.
  
  Harapannya,hal ini dapat memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik  serta membangun pemahaman pendidik dalam membangun budaya positif di sekolah.Bayangkan saja jika seluruh komunitas sekolahmu bergadengan tangan membangun budaya positif,tentu sekolah menjadi taman belajar yang selalu dirindukan,dinantikan serta seluruh potensi berkembang dengan maksimal.
  
" Mendidik pikiran tanpa mendidik hati,adalah bukan pendidikan"


        
  

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

10 NOMOR LATIHAN SOAL FISIKA PERSIAPAN UN 2019

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan