KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
Guru diibaratkan sebagai seorang petani yang memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur.Petani akan memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami.Hal ini juga sangat selaras dengan apa yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa,“…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.”Begitu pula peranan guru dalam mendidik yang hanya bisa menuntun tumbuh kembang peserta didik dengan tidak mengabaikan segala kodrat alam dan zaman yang melekat pada setiap kepribadian seorang anak.Hal ini tergambar jelas dalam semboyan pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara adalah “ Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”, yang dapat diartikan sebagai: Ing Ngarso Sung Tulodho : Seorang pemimpin apabila di depan harus bisa memberikan contoh atau menjadi panutan bagi yang dipimpin (warga atau peserta didik).Ing Madyo Mangun Karso : Seorang pemimpin apabila berada di tengah-tengah masyarakat harus bisa membangkitkan semangat atau memberi motivasi supaya lebih maju, atau lebih baik.Tut Wuri Handayani : Seorang pemimpin apabila berada di belakang harus bisa mendorong yang dipimpin supaya senantiasa lebih maju.( Modul 1.1 Filosofi Ki Hadjar Dewantara)
Dasar yang paling penting dalam pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah adanya persamaan persepsi antara guru dan pemimpin,serta pemangku kepentingan pendidikan tentang arti “mendidik” itu sendiri.Atas dasar inilah guru penggerak bisa mengambil peran dalam lingkaran pengaruhnya agar senantiasa Tergerak,Bergerak dan Menggerakkan dalam peranya sebagai :
- Pemimpin pembelajar
- Coach bagi guru lain
- Mendorong kolaborasi
- Mewujudkan kepemimpinan murid
- Menggerakkan komunitas praktisi
Dalam perannya yang luar biasa ini seorang guru penggerak dituntut untuk memiliki nilai dasar yaitu Reflektif,Inovasi,Berpusat pada murid,Mandiri dan bisa Berkolaborasi. ( Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak). Sebagai seorang penggerak tentu harus memiliki tujuan dan arah,maka seorang guru penggerak dituntut untuk memiliki visi dan misi yang bisa memimpin perubahan yang positif.Oleh karena itu paradigma Inkuiri Aspresiatif dapat menjadi landasan pendekatan management perubahan kolaboratif dengan berbasis kekuatan potensi.Dengan pendekatan management Inkuiri Apresiatif seorang guru penggerak atau pemimpin pendidikan dapat membuat langkah-langkah yang sistematis untuk sebuah perubahan yang positif dengan model BAGJA.( Modul 1.3 Visi Guru Penggerak).
Perubahan yang positif ini harus dibentuk dari sebuah budaya yang positif yang tercipta dari sebuah kebiasaan baik pada seluruh komunitas sekolah.Maka sebagai guru penggerak atau pun sebagai pemimpin harus memahami terkait disiplin yang positif yang sesungguhnya, bukan terkait peraturan dan pelanggaran tetapi lebih kepada tanggung jawab seseorang untuk melakukan tugas dan kewajibanya.Nah sekarang kita memiliki pertanyaan "Bagaimana bisa menegakkan disiplin positif di lingkungan sekolah kita ?"
Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa,“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”.Hal ini tentu berhubungan erat dengan "Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon yang dijalanani saat ini kepada pendekatan teori Kontrol?"
Dasar teori kontrol ini menjadi acuan bagi guru dan pemimpin pendidikan untuk bisa menciptakan motivasi intrisik pada peserta didik.Seorang peserta didik yang melakukan tugas dan kewajibanya dengan dasar motivasi instrisik lebih memahami nilai kebajikan dalam hidupnya.Motivasi instrisik ini tidak dapat terwujud jika dalam implementasinya seorang guru selalu menerapkan hukuman dan penghargaan.Oleh karena itu posisi kontrol seorang guru yang tepat, dapat memahami kebutuhan dasar peserta didik yang menjadi alasan dibalik setiap perilaku mereka.Terdapat 5 posisi kontrol guru yang sering diterapkan dalam lingkungan sekolah diantaranya :
- Posisi Kontrol Penghukum
- Posisi Kontrol Pemberi rasa bersalah
- Posisi Kontrol Teman
- Posisi Kontrol Pemantau
- Posisi Kontrol Manajer
Dari ke lima posisi kontrol tersebut Posisi Kontrol Manager disarankan menjadi pilihan yang dapat membawa peserta didik untuk bisa berkolaborasi,berefleksi dan mengevaluasi setiap tindakannya berdasarkan kesadarannya sendiri.Agar dapat mengarahkan peserta didik untuk bisa berkolaborasi,berefleksi dan mengevaluasi setiap tindakannya maka perlunya kolaborasi dengan peserta didik untuk menyususun keyakinan kelas/keyakinan sekolah. Selain itu pada segitiga restitusi dengan tiga tahapan yaitu Menstabilkan identitas,Mevalidasi kesalahan,Menanyakan keyakinan dapat menjadi acuan bagi guru dalam peran kontrolnya sebagai Manager.
Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa peran guru dalam mendidik adalah MENUTUN sesuai kodrat peserta didik. Hal ini tidak bisa dilakukan seorang diri sehingga perlunya kolaborasi dengan seluruh anggota komunitas yang tergerak,bergerak dan saling menggerakkan sehingga terwujudnya perubahan yang positif.Perubahan yang positif ini dapat dibentuk dari suatu budaya yang positif lewat penegakan disiplin yang positif melalui penerapan segitiga restitusi.
Comments
Post a Comment